“Video Killed A Radio Stars…”
Konon penggalan lagu ini pertama kali dinyanyikan oleh Band bernama Buggles tahun 1979. Sekitar tahun 1998 lagu ini di populerkan kembali oleh grup The President Of USA. Kabarnya lagi, lagu ini menceritakan kepopuleran video menggantikan radio, yang hanya bisa di dengar saja, pada zaman tersebut yang tentunya mencancam karir para bintangnya. Mungkin masa yang akan datang diperkirakan radio sama sekali tidak dijadikan pilihan dan studio penyiaran pun ditinggalkan begitu saja.
Ternyata ketakutan radio mungkin akan punah tidak terjadi hingga saat ini. Stasiun radio tumbuh dan berkembang. Tentu ada juga stasiun radio yang terpaksa tereliminasi, menyerupai seleksi alam. Mungkin karena manajemen yang kurang sehat atau mungkin dari keuangan yang kering kerontang. Sumber pemasukan dari iklan mungkin sedikit karena para pengiklan menganggap radio tersebut tidak memiliki pendengar yang merupakan calon objek pemasaran produk mereka. Ketidak punahan ini juga di buktikan dengan penuhnya gelombang radio, misal gelombang FM di Jakarta. Coba anda sekali-sekali mencari frekuensi kosong (dan bersih) di Jakarta untuk membuktikannya sendiri. Pengalaman saya mencarinya dari gelombang 87.5 – 108.0 MHz ditemukan sedikiiiit sekali frekuensi yang kosong. Frekuensi ini berguna jika anda memiliki alat FM transmitter, anda perlu menemukan frekuensi kosong untuk mampu memutar lagu kesayangan anda.
Pendengar radio memang memiliki segmen tertentu. Bahkan mungkin cenderung fanatik dan tidak berubah. Pernah saya mendengarkan sebuah stasiun radio yang sangat mengenal nama para pendengarnya. Bahkan ketika di bandung mereka pun memiliki pendengar setia pada acara untuk jam-jam tertentu. Saya pernah mencoba makan bubur, disaat saya terpaksa pulang larut, kebetulan di tempat itu sedang di putar radio lokal yang berisi request lagu-lagu dangdut. Bayangkan larut malam – menjelang pagi orang masih semangat untuk mengangkat telpon dan request lagu (mungkin menemani orang tersebut kerja malam ya..?).
Kalau saya, sebagai seorang commuter yang terpaksa pergi pagi pulang malam maka radio yang paling penting untuk saya dengarkan adalah semua stasiun radio yang memantau kondisi lalu-lintas. Sebut saja radio Elshinta, radio ini selain menyiarkan berita lokal dan dunia juga memantau kondisi lalu-lintas di daerah penyiarannya (bukan hanya JABODETABEK). Sangat berguna untuk menghindari kondisi macet, minimal kalau kita terlanjur di dalam kemacetan itu kita bisa meng-estimasi sampai kapan kita akan berada dalamnya. Misal, ketika kita berada di Tol kilometer 12 dan kecelakaan di informasikan terjadi di kilometer 10, minimal kita bisa sedikit menenangkan hati bahwa sebentar lagi pusat kemacetan bisa terlewati. Akhirnya menghibur diri dan terhindar dari stress deh,hehe…
Untuk stasiun radio yang lain juga saya mendengarkan, dari kecil bahkan. Dikenalkan oleh keluarga, kakak-kakak saya (Thanks to my Bros…) dan bahkan teman saya. Ketika masa antara SD – SMP saya mendengarkan Prambors dan bahkan S.K. (Suara Ketawa). Untuk radio terakhir ini sudah tidak ada lagi. Padahal radio ini banyak menelurkan pelawak-pelawak yang kemudian tenar di belantika per-artis-an. Orang tua saya juga dulu rajin mendengarkan pengajian Pak Kosim pagi2 di Radio Kayu Manis (terbukti dengan masih ingetnya jinggle radio RKM ini sampai sekarang, ada yang tau juga?Hehe… – sedikit menantang…).
Stasiun radio juga memiliki keunikannya sendiri, bisa di tandai dengan konten dan acara yang di tawarkan. Sebut saja misalkan dalam bentuk quiz atau bahkan sekedar prank. Hal itulah yang bisa menjadikan para penyiar radio semakin piawai membawakan acara-acara quiz di saat off-air atau bahkan menjadi MC di acara tertentu atau bahkan menjadi presenter di televisi. Sebut saja Ferdi Hasan atau Becky yang keduanya pertama kali saya dengarkan suaranya dari radio.
Yeah, itulah radio. Masih bertahan di tengah-tengah pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi .
“RKM radio kayu maniis syalalalaa lalalalaaa, lembut suaranya..manis didengarnya”
😀
Radio tak jadi mati menurut saya karena sekarang juga ada tren marketing via komunitas. Jadi radio2 ini di darat membentuk jalinan komunitas dengan pendengar.
Di Female radio misalnya, ada arisan female.. Radio sekarang juga mendata ponsel pendengar yang masuk. Lalu ia kirim pesan-pesan, bahkan promosi rekanan pengiklannya ke pendengar.
Dia kasih privilege pada pendengarnya. Jadi, pendengarnya jadi setia.
Bi, katanya 2014 ntar jalanan Jakarta akan macet tak bergerak. Kayanya radio makin eksis tuh.
oya bi ada yg lupa.
di youtube video Susan Boyle ada yg bilang gini kurang lebih:
“video memang benar2 membunuh bintang radio”
ngerti ga maksudnya?:D
yaap, radio tidak jadi mati, selama Insan radio sangat sadar, bahwa selain format acara, konsistensi sebuah radio terhadap jenis acara dan target pendengar juga perlu dipertahankan.
selama ini radio masih m’jadi media yg memiliki kedekatan khusus buat para pendengarnya, apalagi untuk radio komunitas. go radio,,stay tune..
@ Ika: Iya nih, makin lama bakalan makin crowded… Tahun segitu memang masih mau tinggal di Jakarta Ka…?
Kagak ngerti Ka. Monggo di jelaskan…
@ Nanda: konsistensi ya… penting… kadang-kadang ada yang saking ingin masuk ke banyak kalangan jadi lupa akan jati dirinya… 🙂
Padahal keunikan lah yang bisa jadi menjadi daya tarik. Meureun…
insyaAllah tidak, by.
jadi artinya:
scr filosofis: kecanggihan teknologi dan kesempurnaan indera terkadang malah membuat kita tak mampu melihat keindahan yang sesungguhnya.
scr lugas: susan boyle ini diejek seisi ruang auditorium British Got Talent 2009. karena dipandang cuma nenek2 tua yang “agak sinting” mungkin karna mau tampil di panggung itu.
tapi semua orang salut.. berdecak kagum.. setelah dia bernyanyi. bahkan ada yang meneteskan airmata.
itu efek televisi. semua orang melihat “kulit”. di tv/video, seorang penyanyi sering dinilai dari tampilan fisiknya.
sementara radio lebih “tulus”. karna penyanyi radio yg dinilai kemerduan suaranya saja.
oleh karenanya, seorang komentator di youtube bilang video telah “membunuh” seorang penyanyi hebat seperti susan boyle
Wow, lengkap ye ka… Ckckck… Pas lah sesuai profesi, hehehe…
Sempet ngecek ke youtube juga, memang bagus kok suaranya, dan beliau memang fenomenal. Thanks for the info ka… 🙂
Huaaa…radio kayu manis.. jadi inget masa kecil. Dulu abah (ayah) selalu nyetel RKM tiap pagi 😀
Kalo sekarang: Elshinta FM tentunya. Beritanya lalu lintasnya up 2 date =)
Kayanya jaman sekarang yang dibutuhkan memang radio macam Elshinta ini, yang punya segmen fungsi tertentu (dalam hal ini Elshinta lebih ke berita). Bisa jadi fasilitator komunikasi yang pas (sangat mudah dijangkau) antara masyarakat dengan “yang berwenang”. Hidup Elshinta! hehe..
Menemukan fakta menarik tentang radio, bahwa radio2 di Indonesia, terutama Jakarta& Bandung, jauh lebih menarik & kreatif dibanding radio2 d USA (saat ini, gak tau kalo duluuuu). d sini acara radio cuma sebatas request2, sesekali ada acara bahas-membahas dgn tema tertentu, dan yang paling gak enak adalah acaranya sering diulang2, apalagi lagunya. Pernah berangkat pagi membahas topik “A”, pulang malamnya kok “siaran ulang”, he2. Maklum siyh kalo lagu diulang, tapi frekuensi pengulangan lagu jauh lbh sering, dan kyknya persediaan lagu si radio memang cuma itu2 aja. Di radio2 Indonesia kita sering terkaget2 senang ato ketawa2 ngakak karena tiba2 ada lagu yg udah lama gak didengar tiba2 diputar, di sini utk setiap radio lagunya predictable, hahahaha .Acara radio Indonesia lbh variatif, ada kuiz lah, acara lucu2an lah, cerita serem lah, ngerjain orang lah, dll.
Eniwey, tetep aja suka radio :p
ternyata udah banyak updet an ..
Radio itu menarik , bisa didengarkan dimana saja … dalam posisi apa aja..
tetep diminati kok .. insyaAllah
radio tetep berguna banget.. teman di kala macet, terutama info macetnya tuh. ikut ngelink ya k’aBy..
aBy., tungguin postingan berikutku..
it’ll something about the radio 🙂
sukem
sudah aktif kembali
Haduuuh.. Maaf, baru bisa ngebales komen-komennya.. 😦
@ gHina : Iya gHin, radio mmg kudu bisa memenuhi selera pendengarnya. Tapi Karena kt haus akan berita, mungkin bilangnya butuh banyak yang setipe dengan elshinta, mungkin nanti yang haus akan lagu akan bilang hal yang sama… 🙂
@ Loli : Oh ya? woah.. Hebat dong berarti radio di Indonesia. Atau mungkin sempel yang disana kurang banyak Lol.. Hehe.. Soalnya, sangat tergantung dengan profesional si management-nya, jangan2 jatoh2nya ke pendanaan juga. Kalo untuk belanja program-nya aja seret dapet income-nya terpaksa cuttting cost dan ujung2nya jadi pake show yang itu2 aja… Tapi ini salah satu alasan aja, hehehe… Bisa jadi faktanya bgitu, dan Salut untuk radio indonesia..! Hehe.. Thank you Loli
@ Ulya : Hehe, iya Ya, tapi suka ngadat nih.. Hehe… Woah, pendengar setia juga kayaknya, bisa ngedengerin sambil mecem2… Biasa ngedengerin apa Ya..?
@ Winny : Disana ada radio juga…? Woah,… Aksen-nya yang unik gitu doong… hehe.. Mangga.. Nanti di link balik win..
@ Sukem : Asiiik, postingan baru.. Slurp.. Slurp… Hayooo atuh.. mana..? Mana…? Hehehe…
Radio emang masih diperlukan K, terutama yang bagian siaran malemnya itu… daripada bengong gak jelas, ya mending dengerin radio aja, kalo video kan kalo kelamaan liat bisa bikin mata pegel :D. Oya, di sini, radio memeriahkan lab, jadi gak sepi-sepi amat gitu kalo lagi eksperimen 😀
Iya setuju Ma… Btw, kamu juga include jadi penyiarnya juga kan..? Hebat… Hehe…
[…] dari postingan aBy disini, saya jadi tertarik untuk posting masalah […]
radio dangdut trarik maang
Radio masih sangat diperlukan. Seperti Radio Fajri Fm Bogor yang tetap hidup, bahkan makin hidup. Dan pendengarnya sangat banya di bogor dan depok. karena umat saat ini sedang mengalami keterpurukan dan membutuhkan dakwah Islam yang benar.
Rkm radio kayu manis.. Aku kangen dengerin lagu lawasnya… Masih ada ga??